Jalan Asia Afrika

Saat memasuki daerah Priangan, jalan ini ternyata
berada sekitar 11 KM ke arah utara dari Krapyak (kini dikenal sebagai
Dayeuhkolot; dayeuh = kota, kolot=lama), ibukota Kabupaten Bandung saat
itu. Untuk mempermudah pengawasan, Daendels pada tahun 1810
memerintahkan Bupati Bandung untuk segera memindahkan ibukotanya ke
dekat Jalan tersebut. Lokasi yang dipilih adalah daerah di pinggir
Sungai Cikapundung yang kala itu memiliki banyak sumber air.
Pemindahan ini baru rampung pada tahun 1812, ditandai dengan selesai dibangunnya Masjid Agung dan Pendopo, dua simbol kota masing-masing di sisi barat dan sisi selatan alun-alun. Sementara di pinggir Kota Bandung yang di'tembus' oleh Jalan Raya Groote Postweg dibangunlah dua gerbang (kacakaca), masing masing Kacakaca Kulon (timur) di daerah Andir serta Kacakaca Wetan (barat) di daerah Simpang Lima sekarang.
Pada zaman keemasan 'Bandung Parijs van Java' (1920-an), jalan ini menjadi salah satu kawasan paling ramai di Kota Bandung. Sejumlah hotel mewah seperti Preanger dan Homann menjadi tempat menginap para turis dari mancanegara yang ingin membuktikan keindahan Bandung. Di persimpangan jalan Braga dan Jalan Raya Pos ini dua jalan paling terkenal di Kota Bandung dibangun sebuah societeit (club) tempat berkumpul lapisan masyarakat atas di Kota Bandung.
Setelah kemerdekaan, jalan ini tetap menjadi salah satu jalan utama yang menghubungkan kawasan Bandung Timur dengan Bandung Barat. Jalan ini kembali terkenal setelah sejumlah pemimpin - pemimpin dari negara-negara Asia paling terkenal misalnya Jawaharlal Nehru dari India, U Nu dari Burma (kini Myanmar), dan Soekarno sendir berjalan kaki bersama-sama menuju Gedung Societeit Concordia untuk mengikuti Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang menggagas independensi dan kebersamaan sejumlah negara-negara Dunia Ketiga yang baru merdeka.
Pemindahan ini baru rampung pada tahun 1812, ditandai dengan selesai dibangunnya Masjid Agung dan Pendopo, dua simbol kota masing-masing di sisi barat dan sisi selatan alun-alun. Sementara di pinggir Kota Bandung yang di'tembus' oleh Jalan Raya Groote Postweg dibangunlah dua gerbang (kacakaca), masing masing Kacakaca Kulon (timur) di daerah Andir serta Kacakaca Wetan (barat) di daerah Simpang Lima sekarang.
Pada zaman keemasan 'Bandung Parijs van Java' (1920-an), jalan ini menjadi salah satu kawasan paling ramai di Kota Bandung. Sejumlah hotel mewah seperti Preanger dan Homann menjadi tempat menginap para turis dari mancanegara yang ingin membuktikan keindahan Bandung. Di persimpangan jalan Braga dan Jalan Raya Pos ini dua jalan paling terkenal di Kota Bandung dibangun sebuah societeit (club) tempat berkumpul lapisan masyarakat atas di Kota Bandung.
Setelah kemerdekaan, jalan ini tetap menjadi salah satu jalan utama yang menghubungkan kawasan Bandung Timur dengan Bandung Barat. Jalan ini kembali terkenal setelah sejumlah pemimpin - pemimpin dari negara-negara Asia paling terkenal misalnya Jawaharlal Nehru dari India, U Nu dari Burma (kini Myanmar), dan Soekarno sendir berjalan kaki bersama-sama menuju Gedung Societeit Concordia untuk mengikuti Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 yang menggagas independensi dan kebersamaan sejumlah negara-negara Dunia Ketiga yang baru merdeka.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA :)
sumber;wikipedia .com
Nyi
Mas Rara Santang atau Nyi Mas Ratu Gamparan, adalah Putri Raja
Pajajaran yang bernama Raden Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi dari
Permainsuri yang bernama Nyi Subanglarang, beliau adalah murid pertama
Pesantren Syech Quro. Nyi Mas Rara Santang meninggalkan Kerajaan
Pajajaran, menyusul Kakaknya Raden Walang Sungsang yang sedang mencari
Syariat Agama Islam. Dalam kejaran tentara Kerajaan Pajajaran beliau
keluar masuk hutan, karena kakinya bengkak di satu Dusun beliau
beristirahat dibawah pohon kosambi sambil bersemedi, lalu beliau
menggali tanah hingga keluar mata air yang kemudian disebut Air Suci.
Sampai saat ini Makam Nyi Mas Rara Santang masih didatangi Masyarakat
untuk Ziarah, karena beliau adalah Penyebar Agama Islam di Karawang.
Lokasi Makam Nyi Mas Rara Santan terletak di Desa Jayakerta, Kecamatan
Jayakerta 30 km dari Ibu Kota Kabupaten Karawang. - See more at:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=983&lang=id#sthash.8w4BQFuX.dpuf
Nyi
Mas Rara Santang atau Nyi Mas Ratu Gamparan, adalah Putri Raja
Pajajaran yang bernama Raden Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi dari
Permainsuri yang bernama Nyi Subanglarang, beliau adalah murid pertama
Pesantren Syech Quro. Nyi Mas Rara Santang meninggalkan Kerajaan
Pajajaran, menyusul Kakaknya Raden Walang Sungsang yang sedang mencari
Syariat Agama Islam. Dalam kejaran tentara Kerajaan Pajajaran beliau
keluar masuk hutan, karena kakinya bengkak di satu Dusun beliau
beristirahat dibawah pohon kosambi sambil bersemedi, lalu beliau
menggali tanah hingga keluar mata air yang kemudian disebut Air Suci.
Sampai saat ini Makam Nyi Mas Rara Santang masih didatangi Masyarakat
untuk Ziarah, karena beliau adalah Penyebar Agama Islam di Karawang.
Lokasi Makam Nyi Mas Rara Santan terletak di Desa Jayakerta, Kecamatan
Jayakerta 30 km dari Ibu Kota Kabupaten Karawang. - See more at:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=983&lang=id#sthash.8w4BQFuX.dpuf
Nyi
Mas Rara Santang atau Nyi Mas Ratu Gamparan, adalah Putri Raja
Pajajaran yang bernama Raden Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi dari
Permainsuri yang bernama Nyi Subanglarang, beliau adalah murid pertama
Pesantren Syech Quro. Nyi Mas Rara Santang meninggalkan Kerajaan
Pajajaran, menyusul Kakaknya Raden Walang Sungsang yang sedang mencari
Syariat Agama Islam. Dalam kejaran tentara Kerajaan Pajajaran beliau
keluar masuk hutan, karena kakinya bengkak di satu Dusun beliau
beristirahat dibawah pohon kosambi sambil bersemedi, lalu beliau
menggali tanah hingga keluar mata air yang kemudian disebut Air Suci.
Sampai saat ini Makam Nyi Mas Rara Santang masih didatangi Masyarakat
untuk Ziarah, karena beliau adalah Penyebar Agama Islam di Karawang.
Lokasi Makam Nyi Mas Rara Santan terletak di Desa Jayakerta, Kecamatan
Jayakerta 30 km dari Ibu Kota Kabupaten Karawang. - See more at:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=983&lang=id#sthash.8w4BQFuX.dpuf
Nyi
Mas Rara Santang atau Nyi Mas Ratu Gamparan, adalah Putri Raja
Pajajaran yang bernama Raden Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi dari
Permainsuri yang bernama Nyi Subanglarang, beliau adalah murid pertama
Pesantren Syech Quro. Nyi Mas Rara Santang meninggalkan Kerajaan
Pajajaran, menyusul Kakaknya Raden Walang Sungsang yang sedang mencari
Syariat Agama Islam. Dalam kejaran tentara Kerajaan Pajajaran beliau
keluar masuk hutan, karena kakinya bengkak di satu Dusun beliau
beristirahat dibawah pohon kosambi sambil bersemedi, lalu beliau
menggali tanah hingga keluar mata air yang kemudian disebut Air Suci.
Sampai saat ini Makam Nyi Mas Rara Santang masih didatangi Masyarakat
untuk Ziarah, karena beliau adalah Penyebar Agama Islam di Karawang.
Lokasi Makam Nyi Mas Rara Santan terletak di Desa Jayakerta, Kecamatan
Jayakerta 30 km dari Ibu Kota Kabupaten Karawang. - See more at:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=983&lang=id#sthash.8w4BQFuX.dpuf
Nyi
Mas Rara Santang atau Nyi Mas Ratu Gamparan, adalah Putri Raja
Pajajaran yang bernama Raden Pamanah Rasa bergelar Prabu Siliwangi dari
Permainsuri yang bernama Nyi Subanglarang, beliau adalah murid pertama
Pesantren Syech Quro. Nyi Mas Rara Santang meninggalkan Kerajaan
Pajajaran, menyusul Kakaknya Raden Walang Sungsang yang sedang mencari
Syariat Agama Islam. Dalam kejaran tentara Kerajaan Pajajaran beliau
keluar masuk hutan, karena kakinya bengkak di satu Dusun beliau
beristirahat dibawah pohon kosambi sambil bersemedi, lalu beliau
menggali tanah hingga keluar mata air yang kemudian disebut Air Suci.
Sampai saat ini Makam Nyi Mas Rara Santang masih didatangi Masyarakat
untuk Ziarah, karena beliau adalah Penyebar Agama Islam di Karawang.
Lokasi Makam Nyi Mas Rara Santan terletak di Desa Jayakerta, Kecamatan
Jayakerta 30 km dari Ibu Kota Kabupaten Karawang. - See more at:
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=983&lang=id#sthash.8w4BQFuX.dpuf
0 Response to "Jalan Asia Afrika"
Post a Comment